Pertanyaan
Pada waktu di salib Yesus berseru, "Eli, Eli lama sabakthani?" Artinya: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat 27:46). Bukankah seruan itu menunjukkan Yesus bukan Allah, sebab Ia sendiri memanggil Allah sebagai "Allah-Ku"?
Jawaban
Pertanyaan ini sering dilontarkan oleh mereka yang tidak seiman dengan kita. Yang menjadi dasar pertanyaan mereka bukan hanya Mat 27:46 yang kita kutip di atas melainkan juga ucapan Yesus kepada Maria Magdalena, "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu" (Yoh 20:17)
Pertanyaan di atas hanya bisa dijawab kalau orang percaya bahwa Allah bisa menjadi seorang manusia seperti kita tanpa mengurangi sedikit pun keallahan-Nya. Sesungguhnya tiada hal yang mustahil bagi Allah. Inilah iman kristen yang utama: Anak Allah telah menjadi manusia, sama seperti kita dalam segala, kecuali dalam dosa (Ibr 4:15). Kita mengakui adanya dua kodrat dalam diri Yesus Kristus: kodrat Allah dan kodrat manusia yang dipersatukan oleh Pribadi Anak Allah. Dengan kata lain, kita, orang kristen, mengakui bahwa Yesus itu sungguh-sungguh Allah sekaligus sungguh-sungguh manusia. Dalam diri Yesus dari Nazaret yang miskin dan lemah, ada keallahan juga, meskipun untuk sementara waktu kemuliaan keallahan-Nya itu tersembunyi (bdk. Flp 2:6-8). Sejauh Yesus itu seorang manusia tulen seperti kita, Ia bisa merasa lapar dan haus seperti kita, bisa sedih dan menangis, bisa mati. Sejauh Dia itu manusia, Ia bisa berseru kepada Allah, "Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku" (suatu doa yang dikutip dari Mazmur 22:2). Begitu juga, sesudah kebangkitan, sejauh Ia tetap seorang manusia, Ia bisa memanggil Allah itu sebagai "Allah-Ku".
Bahwa Yesus memiliki kodrat ganda, itu menjadi sangat jelas dalam Injil Yohanes. Di satu sisi, Injil Yohanes dengan gamblang menunjukkan keallahan Yesus Kristus. Dia itu Sang Sabda yang adalah Allah (1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah"). Pada Yoh 10:30 Yesus berkata, "Aku dan Bapa adalah satu. " Kemudian sebelum menderita, Yesus berdoa demikian kepada Bapa-Nya, "Segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku." Rasanya tidak ada cara yang lebih sempurna daripada ayat-ayat di atas yang dapat menunjukkan bahwa Yesus itu Allah. Namun di sisi lain, Injil Yohanes yang sama menunjukkan bahwa Yesus itu benar-benar seorang manusia seperti kita. Dalam Yoh 1:14 ada tertulis, "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita." Artinya, Allah telah menjadi manusia seperti kita. Ia bisa merasa lelah dan haus (Yoh 4:6) atau sedih dan menangis (Yoh 11:35). Semuanya ini adalah iman kristen yang percaya bahwa Yesus itu Allah yang menjadi manusia. Oleh karena itu, sekali lagi, sejauh Yesus itu seorang manusia juga, Ia bisa memanggil Allah di surga dengan sebutan "Allah-Ku".